Saya
harap dia menjadi pengganti Hamzah r.a
Fathul Makkah (penaklukan kota
Makkah) berlangsung dengan damai. Tidak ada setetes darahpun yang mengalir pada
peristiwa maha penting dari untaian perjalanan dakwah Rasulullah SAW dan para
sahabat yang penuh dengan pengorbanan. Ini adalah puncak kegemilangan
Rasulullah SAW atas kota Makkah dan juga Kakbah. Dibalik peristiwa ini banyak
pembesar pembesar Quraisy yang dulu sangat getol memusuhi, menghina,
mencaci dan mengusir Rasulullah SAW dari kampung halamannya telah menyatakan
memeluk Islam. Seorang tokoh Quraisy yang paling dikenal adalah Abu Sufyan bin
Al-Harits, dia termasuk seorang putra dari paman dan bibi Rasulullah SAW.
Abu Sufyan bin Al-Harits pada
awalnya enggan menemui Rasulullah SAW. Dia merasa telah takluk dan tak berdaya.
Hilang segala kehebatan yang dulu dia banggakan sebagai pemimpin kaum Quraisy.
Dia telah tumbang oleh cahaya Islam, tercabik cabik segala kekuatan yang pernah
ia bangun, hancur luluh armada perangnya yang pernah mengalahkan Rasulullah SAW
pada waktu perang Uhud. Dia kehilangan separoh jiwanya.
Sahabat Nabi, Ali bin Abi Thalib r.a
mendekatinya dan menyuruh Abu Sufyan bin Al-Harits untuk menemui Rasulullah SAW
dan mengucapkan perkataan saudara saudara Nabi Yusuf a.s ketika menyesali
perbuatan mereka. Abu Sufyan bin Al-Harits melakukan hal itu, “Demi Allah,
sesungguhnya Allah telah melebihkan kamu atas kami, dan sesungguhnya kami
adalah orang-orang yang bersalah (berdosa).” (Q.S Yusuf: 91). Maka Rasulullah
SAW pun menjawab dengan ayat berikutnya, “Pada hari ini tak ada cercaan
terhadap kamu, mudah-mudahan Allah mengampuni (kamu), dan Dia adalah Maha
penyayang di antara para penyayang.” (Q.S Yusuf: 92)
Sejak saat itu Abu Sufyan bin
Al-Harits telah menjadikan Islam sebagai jalan hidupnya. Perlahan namun pasti
keislamannya makin subur di dalam dirinya. Bahkan sejak saat itu dikisahkan
bahwa ia tidak pernah menatap wajah Rasulullah SAW karena malu. Rasulullah SAW
pun mencintai beliau dan mempersaksikannya akan masuk surga. Kata beliau: “Saya
harap dia menjadi pengganti Hamzah.”. Kini jiwanya telah penuh kembali. Penuh
oleh hidayah dan kecintaan untuk mencintai Allah dan RasulNya.
Sesungguhnya ketika tauhid itu
tertanam kokoh di dalam hati seseorang. Apalagi bila diikrarkan dengan penuh
keyakinan dan kejujuran yang sempurna, niscaya tidak mungkin orang yang
mengucapkan kalimat tauhid itu mudah untuk terjatuh dalam perbuatan dosa atau
terus-menerus berbuat dosa. Hidayah itu ditangan Allah bukan ditangan kita.
Tugas kita adalah mengajak manusia mentaati Allah dan mendoakan mereka. Dan
kita tidak punya vonis mengatakan seseorang pasti masuk syurga atau neraka
karena Allah lah yang membolak balikkan hati manusia.Semoga Allah SWT meridhai
Abu Sufyan bin Al-Harits, sepupu dan saudara sesusuan Rasulullah SAW.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar