Allah
Menciptakan Adam dan Hikmahnya
\
Penulis : Syaikh Abdurrahman As Sa’ady
Penciptaan
Adam, sebagai Bapak seluruh manusia, sempat dipertanyakan oleh malaikat.
Mengapa Allah menciptakan makhluk yang suka membuat kerusakan dan pertumpahan
darah? Namun Allah memiliki hikmah tersendiri di balik penciptaan Adam
tersebut.
Setiap
saat, detik demi detik, tak ada satu pun perbuatan atau ucapan yang luput dari
kehendak Allah dan kemampuan-Nya. Ini sesuai dengan hikmah Allah yang Maha
Hikmah pada seluruh Qadha dan Qadhar-Nya. Dan Allah Maha Hikmah pada seluruh
apa yang Ia syariatkan untuk hamba-hamba-Nya.
Sehingga
ketika hikmah-Nya yang menyeluruh, ilmu-Nya yang mencakup segala sesuatu, dan
rahmat-Nya yang sempurna menuntut penciptaan Adam ‘Alahi Shallatu Wa Sallam,
ayah seluruh manusia, Allah kabarkan hal ini kepada malaikat melalui firman-Nya
:
“Sesungguhnya Aku hendak menjadikan
Khalifah di muka bumi.” (Al Baqarah:
30)
Hal
ini dimaksudkan untuk menggantikan makhluk-makhluk sebelumnya yang hanya
diketahui oleh Allah. Dan saat itu para Malaikat menjawab :
“Mengapa Engkau hendak menjadikan
(Khalifah) di bumi yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah “.(Al Baqarah: 30)
Di
satu sisi, ini merupakan bentuk penghormatan dan pengagungan para malaikat
kepada Allah ketika menciptakan makhluk yang menyerupai akhlak makhluk-makhluk
yang awal. Atau Allah khabarkan kepada Malaikat tentang penciptaan Adam
‘alaihis salam dan apa yang akan dilakukan oleh anak keturunannya yang jahat.
Allah katakan kepada mereka :
“Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang
tidak Engkau ketahui.” (Al
Baqarah:30)
Dalam
ayat ini, Allah sendiri yang memberitakan kesempurnaan ilmu-Nya. Yakni mencakup
segala sesuatu termasuk kebaikan dan manfaat yang tidak terhitung dari
penciptaan manusia. Dan kita wajib meyakini kekuasaan ilmu Allah dan
hikmah-Nya. Allah tidak menciptakan sesuatu yang tiada gunanya dan tiada
mengandung hikmah padanya.
Dalam
ayat selanjutnya, Allah kemudian menerangkan kepada para malaikat tersebut
secara terperinci mengapa Allah menciptakan Adam dengan tangan-Nya sendiri.
Yaitu sebagai penghormatan kepadanya di atas seluruh makhluk.
Ayat
ini menjadi salah satu bukti bahwa Allah memiliki kedua tangan yang hakiki
seperti yang secara jelas disebut dalam kisah Nabi Adam ‘alaihis salam itu.
“Terhadap apa yang Kuciptakan dengan
kedua tangan-Ku”.
Namun
tentu saja dzat Allah tidak seperti dzat-dzat makhluk. Begitu juga dengan
sifat-sifat-Nya, tidak seperti sifat-sifat makhluk.
Dalam
proses penciptaan Adam itu juga dijelaskan, Allah menggenggam seluruh bumi
dalam satu genggaman yang lunak dan yang keras, serta yang baik dan buruk. Ini
dimaksudkan agar keturunannya sesuai dengan tabiat-tabiat ini.
Maka
jadilah dia pada awalnya sebagai tanah. Lalu Allah lemparkan air sehingga
menjadi lumpur. Ketika masa tetapnya air pada lumpur itu memanjang, berubahlah
tanah liat tersebut menjadi lumpur hitam yang juga ikut berubah baunya. Lalu
Allah keringkan setelah dibentuk menjadi semacam tembikar (tanah liat kering)
yang memiliki bunyi.
Dalam
proses ini, dia adalah sebuah jasad tanpa roh. Sehingga ketika penciptaan
jasmaninya telah sempurna, Allah meniupkan roh kepada jasad itu. Berubahlah
jasad itu dari benda mati menjadi sesuatu yang hidup, yang memiliki tulang,
daging, urat, otot, dan roh.
Itulah
hakekat manusia, Allah menyiapkannya untuk segala ilmu dan kebaikan, lalu Allah
sempurnakan nikmat padanya sehingga mengajarinya nama segala sesuatu. Allah
bermaksud memperlihatkan malaikat akan kesempurnaan makhluk ini sehingga Allah
perlihatkan benda-benda dan berkata kepada mereka:
“Sebutkanlah nama benda-benda itu
jika kamu memang orang-orang yang benar”.
(Al Baqarah: 31)
Maka malaikat-malaikat tersebut tidak mampu menyebut nama
benda-benda itu. Padahal terkandung dalam ucapan para malaikat sebelumnya bahwa
tidak diciptakannya Adam ‘alaihis sallam adalah lebih baik. Ini sesuai dengan
yang nampak pada mereka saat itu. Mereka berkata :
“Maha Suci Engkau tidak ada yang kami ketahui selain dari
apa yang Engkau ajarkan kepada kami. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana”.
(Al Baqarah: 32).
Allah
berfirman :
“Ya Adam, khabarkanlah kepada mereka
nama benda-benda itu”. Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama
benda itu, Allah berfirman: “Bukankah sudah kukatakan kepadamu bahwa
sesungguhnya aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang
kamu lahirkan dan kamu sembunyikan?”
(Al Baqarah: 33).
Para
malaikat kemudian menyaksikan kesempurnaan makhluk ini serta ilmunya yang tidak
mereka sangka.
Faedah Yang Bisa Dipetik:
1.
Di dalamnya terdapat keutamaan ilmu. Bahwasanya para malaikat tidak mengetahui
dengan jelas keutamaan Adam dan ilmu yang dimilikinya. Dengan itu, para
malaikat mengetahui kesempurnaan Adam sehingga ia berhak untuk dihormati.
2.
Bahwasannya orang yang diberi karunia oleh Allah dengan ilmu hendaknya mengakui
nikmat Allah kepadanya. Dan menyatakan seperti para malaikat dan Rasul: Maha
Suci Engkau, kami tidak memiliki ilmu selain apa yang Engkau ajarkan. Kita juga
harus berhati-hati untuk berbicara dengan sesuatu yang tidak diketahui. Karena
sesungguhnya ilmu adalah karunia Allah yang terbesar. Dan cara mensyukuri
nikmat tersebut di antaranya dengan mengakui ilmu yang dimiliki dari Allah dan
banyak memuji-Nya atas pemberian ilmu tersebut. Mengajarkannya kepada manusia,
serta berhenti pada sebatas apa yang dia ketahui dan diam pada apa yang tidak
diketahui.
Dengan
ini, para malaikat mengakui kesempurnaan hikmah Allah dengan rinci dan
menyaksikan langsung sehingga mereka mengagungkan Nabi Adam dengan benar-benar.
Allah menginginkan para malaikat ini menampakkan penghormatan tersebut baik
secara lahir maupun batin. Maka Allah berfirman :
“Sujudlah kalian kepada Adam”.
Sebagai
bentuk penghormatan kepada Nabi Adam, sebagai bentuk ketaatan dan ibadah para
malaikat kepada Rabbnya. Dan dengan rasa cinta dan merendah (kepada-Nya),
mereka semuanya bersujud dengan segera.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar