RENUNGAN
Suatu hari ada seorang
laki-laki yang sedang menengok seorang temannya yang sedang sakit di sebuah
rumah sakit, dengan membawa makanan kesukaan temannya itu . Ia berjalan
menyusuri lorong rumah sakit menuju ke tempat dimana temannya itu dirawat.
Ketika sampai di kamarnya ia melihat temannya
itu sedang berbaring dan menatap dengan wajah gembira atas kedatangan laki-laki
itu. Laki-laki itupun bertanya bagaimana kabarnya dan sampai sejauh mana
kondisinya. “Alhamdulillah…saya sedang diberi nikmat oleh Allah SWT berupa
ujian sakit ini. Alhamdulillah kondisinya menurut dokter perlu terus
diobservasi dan Alhamdulillah saya juga masih bisa menjalani ujian ini dengan
kesabaran yang penuh dan masih bisa shalat walaupun dalam keadaan berbaring,”
sambil meringis menahan kesakitan dia terus mengucap rasa syukur itu dan
laki-laki yang mendengarnya pun menjadi bingung, kenapa dia sedang sakit tapi
hanya kesyukuran terus yang ia ucapkan. Tidakkah kelihatannya dia meringis
kesakitan dan kelihatan pucat wajahnya. Apa yang sebenarnya ada dalam
pikirannya?
“Untuk apa mengeluh lebih baik kita mengingat
Allah SWT dan terus berdzikir kepada-Nya saja dalam setiap rintihan kesakitan
yang kita rasakan. Subhanallah…Alhamdulillah…Allahu Akbar… Semoga saja dengan
zikirnya ini dan Allah SWT akan terus menggugurkan dosa-dosa yang telah saya
lakukan di masa lalu.”
Oh, ternyata itulah rahasianya. Dia masih mampu
melihat kebesaran Allah SWT dalam kesakitannya dan merasa menjadi semakin dekat
dengan-Nya karena di setiap nafas yang dia hembuskan masih diberinya kesempatan
untuk menghirup udara yang Allah SWT berikan. Duh, jadi teringat diri ketika
sedang sakit terkadang keluhan ketidaksabaran yang suka terucapkan. Ya Allah,
ampuni kami jka selama ini ku lalai dengan nikmat sehat ini.
“Dan Tuhanku, yang Dia memberi makan dan minum
kepadaku; dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku.” (QS.
Asy-Syu’ara [26] : 79-80)
Di salah satu televisi ada acara yang
menampilkan seorang bapak yang diberi ujian oleh Allah SWT tidak dapat melihat.
Ketika diwawancara itu masih banyak hal yang bisa dia kerjakan walaupun dalam
keadaan buta. Dia masih bisa membaca Al-Qur’an, berjalan untuk berda’wah di
tempat ibu-ibu Majelis Ta’lim bahkan selalu bersemangat terus bermanfaat untuk
orang lain.
Satu yang membuat salut adalah dia masih terus
saja bersyukur dengan kekurangannya itu tidak ada satupun kalimatnya mengeluh
bahkan menyalahkan kondisi ini. Bagaimana dia bisa seperti itu, di saat yang
bisa dilihatnya hanya gelap saja tak berwarna, di saat dia hanya melihat dengan
mata hatinya saja tanpa bisa memandang apa yang ada di hadapannya. Mungkin
hanya membayangkan saja. Bagaimana sebenarnya bentuk gelas itu, bagaimana
sebenarnya bentuk bunga itu. Kata orang-orang bunga itu indah berwarna-warni
ada yang merah ada yang putih, ungu kata orang-orang wajah istriku cantik, dan
kata orang-orang pelangi itu indah. Yah…itu hanya kata orang-orang tapi yang
bisa dia lihat hanyalah warna hitam saja. Jauh dari indah. Bisa kita bayangkan
saja dengan menutup mata kita yang masih bisa melihat ini, ternyata tak
terlihat indahnya apa warnanya dan bagaimana bentuknya? Walaupun begitu dia
masih terus saja bersyukur dan bersyukur. Aku jadi malu terhadap diri yang
masih suka melihat hal yang sia-sia.
YA Rabb…ampuni kami jika selama ini kami lalai
dengan nikmat penglihatan ini. “Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan
sebaik-baiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia
menjadikan keturunannya dari saripati air yg hina. Kemudian DIa meyempurnakan
dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu
pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.”
(QS. As-Sajdah [32] : 7-9)
Ada sepasang suami istri yang sedang terkena
musibah tempat tinggal dan juga sekaligus tempat usahanya habis terbakar
dilalap si jago merah. Hanya tinggal baju di badan saja yang tersisa. Semua
harta kekayaan dan materi yang mereka kumpulkan bertahun-tahun habis tak
bersisa. Tapi apa jawaban mereka ketika ditanya atas musibah yang mereka alami.
“Alhamdulillah…Kami masih bisa selamat tanpa luka dan masih bisa hidup sampai
sekarang ini Dan semua ini adalah kehendak-Nya. Insya Allah dibalik ini semua
tersimpan banyak hikmah. Materi bisa dicari lagi yang penting kita masih diberi
nikmat untuk hidup dan berusaha menjalani kehidupan ini lebih baik lagi.”
Subhanallah…begitu hebatnya mereka memandang
suatu musibah dengan kekuatan keimanan dan ketaqwaan kepada Sang Pemberi Nikmat
,Allah SWT. Ya Allah…maafkan atas kelalaian kami kurangnya rasa syukur terhadap
nikmat rezeki yang kami miliki sekarang dan kealpaan kami atas terlenanya
rezeki yang Engkau berikan “Semua yang ada di bumi itu akan binasa; Dan tetap
kekal Wajah Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan; Maka ni’mat Tuhan
kamu yang manakah yang kamu dustakan?” (QS. Ar-RAhman [55] : 26-28)
Ya… Maka ni’mat Tuhan kamu yang manakah yang
kamu dustakan? Semoga kita semua selalu menjadi orang yang selalu mensyukuri
nikmat yang Allah SWT berikan di setiap detik, menit, jam serta hari ini dan
hari-hari yan akan datang. Dan tidak menjadi orang yang mendustakan semua
ni’mat- Nya.
Kalau benar demikian, bukankah ini pertanda
bahwa kondisi kehidupan kita –masya Allah!—sudah semakin jauh saja dengan
kondisi ideal seperti yang dicontohkan oleh Salafunaas Shaalihuun, para
pemimpin dan pendahulu kita yang saleh-saleh. Wallahu a’lam. Semoga kita bisa
mengambil hikmah dari membaca notes ini SALAM UKHUWAH ISLAMIYAH.Iis Hairanii
..•*´`*•.♥♥.•*´`'•.¸*¤* ¸.•'´´*•.♥♥.•*´`*•.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar