Jika
kamu mau masuk Islam maka itulah mahar bagiku
Didalam sejarah perjuangan tegaknya
Kalimatillah diatas bumi ini tidak bisa dipungkiri bahwa peranan wanita adalah
tidak kecil. Mereka adalah ibarat sumbu yang menawarkan bara perjuangan kepada
suami dan anak anak mereka. Banyak orang orang besar lahir dari rahim seorang
wanita yang besar pula keimanan dan cintanya kepada Allah. Ada ibunda kita
Khadijah r.a. Fatimah Az Zahra r.a yang melahirkan Imam Hasan r.a dan Imam
Husein r.a. juga seorang pembantu wanita dari Ummul Mukminin Ummu Salamah yang
kemudian melahirkan Ulama Besar dari Irak yaitu Imam Hasan Al Bashri rahimahullah.
Diantara para sahabiyah r.a terdapat
nama Ummu Sulaim r.a yang memiliki kisah menawan dalam deretan kisah penuh
teladan generasi umat manusia terbaik sepanjang masa. Dia seorang wanita yang
sholehah, wara’, dan tidak kemilau oleh perhiasan dunia. Dia adalah ibunda
sahabat Anas bin Malik r.a, seorang sahabat Nabi SAW yang termasuk golongan
Ulama dan terkenal dalam pemahamannya tentang Islam.
Ummu Sulaim r.a adalah seorang
Anshor yang awal awal masuk islam. Keistiqomahannya dan ketabahannya dalam menjalani
kehidupan telah menjadi buah bibir di masyarakat Yatsrib. Ketidaksetujuan
suaminya yang masih kafir tidak menggoyahkan Iman yang telah tertancap dalam di
lubuk hatinya. Suaminyapun pergi meningalkan Ummu Sulaim r.a
Selang berapa lama seorang laki laki
bernama Abu Thalhah yang waktu itu masih kafir memberanikan diri melamarnya
dengan mahar yang tinggi. Tapi Ummu Sulaim tidak melirik sedikitpun terhadap
apa yang ditawarkan di depan kedua matanya. Baginya islam adalah harga mati
yang tidak bisa ditukar dengan apapun. Sebuah riwayat menyebutkan bahwa Ummu
Sulaim r.a berkata, “Demi Allah, orang seperti anda tidak layak untuk
ditolak, hanya saja engkau adalah orang kafir, sedangkan aku adalah seorang
muslimah sehingga tidak halal untuk menikah denganmu. Jika kamu mau masuk Islam
maka itulah mahar bagiku dan aku tidak meminta selain dari itu.” Akhirnya
menikahlah Ummu Sulaim r.a dengan Abu Thalhah dengan mahar yang teramat mulia,
yaitu Islam.
Ummu Sulaim r.a telah memberi kita
sebuah pelajaran bahwa gemerlap dunia dengan segala kemewahannya adalah tidak
lebh utama dari nilai Iman seorang hamba. Pernikahan adalah salah satu jalan
bagi tersebarnya hidayah bagi mereka yang rindu akan petunjuk Allah. Kita juga
mendapat pelajaran bahwa mahar sebagai pemberian yang diberikan kepada istri
berupa harta atau selainnya dengan sebab pernikahan tidak selalu identik dengan
uang, emas, atau segala sesuatu yang bersifat keduniaan. Namun, mahar bisa
berupa apapun yang bernilai dan diridhai istri selama bukan perkara yang dibenci
oleh Allah SWT dan Rasulullah SAW. Sebuah hadits diriwayatkan dari Anas r.a
menyebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Aku belum pernah mendengar
seorang wanita pun yang lebih mulia maharnya dari Ummu Sulaim karena maharnya
adalah Islam.” (HR An Nasa’i)
Semoga kita dapat meneladani sifat
sifat mulia yang ada pada pada diri sahabat sahabat Nabi SAW. Mereka adalah
contoh nyata manusia manusia paling agung dalam sejarah. Mereka bukan agung
karena assesory yang mahal, bukan pula oleh berlimpahnya dinar dan dirham tapi
oleh besarnya rasa cinta dan tingginya pengorbanan mereka untuk tegaknya Islam
di atas bumi ini. Wallahu’alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar