Mengetahui
Bagaimana Proses Penciptaan Manusia PART I
Takdir
telah ditetapkan 50.000 tahun sebelumnya diciptakan Langit dan Bumi,
sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam dari Abdullah bin ‘Amr
radhiallahu ‘anhuma :
“Sesungguhnya Allah menetapkan takdir-takdir
makhluknya 50.000 (Lima puluh ribu) Tahun sebelum menciptakan langit-langit dan
bumi.” (HR. Muslim 2653, shahih)
Bagaimana Kita Diciptakan?
Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia
dalam bentuk yang sebaik-baiknya.”
(At Tin : 5)
Firman
Allah Subhanahu wa Ta’ala di atas bisa menjadi bahan renungan buat kita!
Sungguh kenyataannya terpampang di hadapan mata. Alangkah sempurna
penciptaannya dan alangkah indahnya! Lalu pernahkan kita memikirkan dari mana
kita diciptakan dan bagaimana tahap-tahap penciptaannya? Pernahkah terpikir di benak kita
bahwa tadinya kita berasal dari tanah dan dari setetes mani yang hina?
Pembahasan
berikut ini mengajak Anda untuk melihat asal kejadian manusia agar hilang
kesombongan di hati dengan kesempurnaan jasmani yang dimiliki dan agar kita
bertasbih memuji Allah ‘Azza wa Jalla dengan kemahasempurnaan kekuasaan-Nya.
Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman kepada para Malaikat-Nya sebelum menciptakan Adam
‘Alaihis Salam :
“Sesungguhnya Aku akan menciptakan
manusia dari tanah.” (Shad : 71)
Begitu
pula dalam ayat lain Allah Subhanahu wa Ta’ala mengingatkan orang-orang
musyrikin yang ingkar dan sombong tentang dari apa mereka diciptakan. Dia Yang
Maha Tinggi berfirman :
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan
mereka dari tanah liat.” (Ash Shaffat
: 11)
Dua
ayat di atas dan ayat-ayat Al Qur’an lainnya yang serupa dengannya menunjukkan
bahwasanya asal kejadian manusia dari tanah. Barangsiapa yang mengingkari hal
ini, sungguh ia telah kufur terhadap pengkabaran dari Allah Subhanahu wa Ta’ala
sendiri.
Berkaitan
dengan hal di atas, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menentukan
tahapan-tahapan penciptaan itu dan begitu pula Rasul-Nya Shallallahu ‘Alaihi Wa
Sallam telah memberikan kabar kepada kita akan hal tersebut dalam
hadits-haditsnya.
Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
“Dan sesungguhnya Kami telah
menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami
jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).
Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami
jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang,
lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia
makhluk yang berbentuk (lain). Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling
Baik.” (Al Mukminun : 12-14)
“Wahai manusia, jika kamu dalam
keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka ketahuilah sesungguhnya Kami
telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari
segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan
yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam
rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang telah ditentukan, kemudian
Kami keluarkan kamu sebagai bayi … .”
(Al Hajj : 5)
Ayat-ayat
di atas menerangkan tahap-tahap penciptaan manusia dari suatu keadaan kepada
keadaan lain, yang menunjukkan akan kesempurnaan kekuasaan-Nya sehingga Dia
Jalla wa ‘Alaa saja yang berhak untuk diibadahi.
Begitu
pula penggambaran penciptaan Adam ‘Alaihis Salam yang Dia ciptakan dari suatu
saripati yang berasal dari tanah berwarna hitam yang berbau busuk dan diberi
bentuk.
“Dan sesungguhnya Kami telah
menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur
hitam yang diberi bentuk.” (Al Hijr : 26)
Tanah
tersebut diambil dari seluruh bagiannya, sebagaimana dikabarkan oleh Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam :
“Sesungguhnya Allah menciptakan Adam
dari segenggam (sepenuh telapak tangan) tanah yang diambil dari seluruh
bagiannya. Maka datanglah anak Adam (memenuhi penjuru bumi dengan beragam warna
kulit dan tabiat). Di antara mereka ada yang berkulit merah, putih, hitam, dan
di antara yang demikian. Di antara mereka ada yang bertabiat lembut, dan ada
pula yang keras, ada yang berperangai buruk (kafir) dan ada yang baik (Mukmin).” (HR. Imam Ahmad, Abu Daud, dan Tirmidzi, berkata Tirmidzi
: ‘Hasan shahih’. Dishahihkan oleh Asy Syaikh Nashiruddin Al Albani dalam
Shahih Sunan Tirmidzi juz 3 hadits 2355 dan Shahih Sunan Abu Daud juz 3 hadits
3925)
Semoga
Allah merahmati orang yang berkata dalam bait syi’irnya :
Diciptakan manusia dari saripati yang berbau busuk. Dan ke
saripati itulah semua manusia akan kembali.
Setelah
Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan Adam ‘Alaihis Salam dari tanah. Dia
ciptakan pula Hawa ‘Alaihas Salam dari Adam, sebagaimana firman-Nya :
“Dia menciptakan kamu dari seorang
diri, kemudian Dia jadikan daripadanya istrinya … .” (Az Zumar : 6)
Dalam
ayat lain :
“Dialah yang menciptakan kamu dari
diri yang satu dan daripadanya Dia menciptakan istrinya, agar dia merasa senang
kepadanya … .” (Al A’raf : 189)
Dari Adam dan Hawa ‘Alaihimas Salam inilah terlahir anak-anak
manusia di muka bumi dan berketurunan dari air mani yang keluar dari tulang
sulbi laki-laki dan tulang dada perempuan hingga hari kiamat nanti. (Lihat Tafsir Ibnu Katsir juz 3 halaman 457)
Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
“Yang membuat segala sesuatu yang Dia
ciptakan sebaik-baiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah.
Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina (mani).” (As Sajdah : 7-8)
Imam
Thabari rahimahullah dan selainnya mengatakan bahwa diciptakan anak Adam dari
mani Adam dan Adam sendiri diciptakan dari tanah. (Lihat Tafsir Ath Thabari juz
9 halaman 202)
Allah
Subhanahu wa Ta’ala menempatkan nuthfah (yakni air mani yang terpancar dari laki-laki
dan perempuan dan bertemu ketika terjadi jima’) dalam rahim seorang ibu sampai
waktu tertentu. Dia Yang Maha Kuasa menjadikan rahim itu sebagai tempat yang
aman dan kokoh untuk menyimpan calon manusia. Dia nyatakan dalam firman-Nya :
“Bukankah Kami menciptakan kalian
dari air yang hina? Kemudian Kami letakkan dia dalam tempat yang kokoh (rahim)
sampai waktu yang ditentukan.”
(Al Mursalat : 20-22)
Dari nuthfah, Allah jadikan ‘alaqah yakni segumpal darah
beku yang bergantung di dinding rahim. Dari ‘alaqah menjadi mudhghah yakni
sepotong daging kecil yang belum memiliki bentuk. Setelah itu dari sepotong
daging bakal anak manusia tersebut, Allah Subhanahu wa Ta’ala kemudian
membentuknya memiliki kepala, dua tangan, dua kaki dengan tulang-tulang dan urat-uratnya.
Lalu Dia menciptakan daging untuk menyelubungi tulang-tulang tersebut agar
menjadi kokoh dan kuat. Ditiupkanlah ruh, lalu bergeraklah makhluk tersebut
menjadi makhluk baru yang dapat melihat, mendengar, dan meraba. (Bisa dilihat keterangan tentang hal ini dalam kitab-kitab
tafsir, antara lain dalam Tafsir Ath Thabari, Tafsir Ibnu Katsir, dan
lain-lain)
Demikianlah
kemahakuasaan Rabb Pencipta segala sesuatu, sungguh dapat mengundang kekaguman
dan ketakjuban manusia yang mau menggunakan akal sehatnya. Semoga Allah
meridhai ‘Umar Ibnul Khaththab, ketika turun awal ayat di atas (tentang
penciptaan manusia) terucap dari lisannya pujian :
“Fatabarakallahu
ahsanul khaliqin” Maha Suci Allah, Pencipa Yang Paling Baik
Lalu
Allah turunkan firman-Nya :
“Fatabarakallahu ahsanul khaliqin” untuk melengkapi ayat di atas. (Lihat Asbabun Nuzul oleh
Imam Suyuthi, Tafsir Ibnu Katsir juz 3 halaman 241, dan Aysarut Tafasir Abu
Bakar Jabir Al Jazairi juz 3 halaman 507-508)
Maha
Kuasa Allah Tabaraka wa Ta’ala, Dia memindahkan calon manusia dari nuthfah
menjadi ‘alaqah. Dari ‘alaqah menjadi mudhghah dan seterusnya tanpa membelah
perut sang ibu bahkan calon manusia tersebut tersembunyi dalam tiga kegelapan,
sebagaimana firman-Nya :
“ … Dia menjadikan kamu dalam perut
ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan … .” (Az Zumar : 6)
Yang
dimaksud “tiga
kegelapan” dalam ayat di atas adalah kegelapan dalam selaput yang menutup
bayi dalam rahim, kegelapan dalam rahim, dan kegelapan dalam perut. Demikian yang dikatakan Ibnu ‘Abbas, Mujahid, ‘Ikrimah,
Abu Malik, Adh Dhahhak, Qatadah, As Sudy, dan Ibnu Zaid. (Lihat Tafsir Ibnu
Katsir juz 4 halaman 46 dan keterangan dalam Adlwaul Bayan juz 5 halaman 778)
Sekarang
kita lihat keterangan tentang kejadian manusia dari hadits-hadits Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam. Abi ‘Abdurrahman ‘Abdullah bin Mas’ud
radhiallahu ‘anhu berkata :
Telah
menceritakan kepada kami Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam dan beliau
adalah yang selalu benar (jujur) dan dibenarkan. Beliau bersabda (yang artinya)
“Sesungguhnya
setiap kalian dikumpulkan kejadiannya dalam rahim ibunya selama 40 hari berupa
nuthfah. Kemudian menjadi segumpal darah selama itu juga (40 hari). Kemudian
menjadi gumpalan seperti sekerat daging selama itu pula. Kemudian diutus kepadanya
seorang Malaikat maka ia meniupkan ruh kepadanya dan ditetapkan empat perkara,
ditentukan rezkinya, ajalnya, amalnya, sengsara atau bahagia. Demi Allah yang
tiada illah selain Dia, sungguh salah seorang di antara kalian ada yang beramal
dengan amalan ahli Surga sehingga tidak ada di antara dia dan Surga melainkan
hanya tinggal sehasta, maka telah mendahuluinya ketetapan takdir, lalu ia
beramal dengan amalan ahli neraka sehingga ia memasukinya. Dan sungguh salah
seorang di antara kalian ada yang beramal dengan amalan ahli neraka sehingga
tidak ada antara dia dan neraka melainkan hanya tinggal sehasta. Maka telah
mendahuluinya ketetapan takdir, lalu ia beramal dengan amalan ahli Surga
sehingga ia memasukinya.”
(HR. Bukhari 6/303 -Fathul Bari dan Muslim 2643, shahih)
Berita Nubuwwah di atas mengabarkan bahwa proses perubahan
janin anak manusia berlangsung selama 120 hari dalam tiga bentuk yang tiap-tiap
bentuk berlangsung selama 40 hari. Yakni 40 hari pertama sebagai nuthfah, 40
hari kedua dalam bentuk segumpal darah, dan 40 hari ketiga dalam bentuk
segumpal daging. Setelah berlalu 120 hari, Allah perintahkan seorang Malaikat
untuk meniupkan ruh dan menuliskan untuknya 4 perkara di atas.
Dalam
riwayat lain :
Malaikat masuk menuju nuthfah setelah nuthfah itu menetap
dalam rahim selama 40 atau 45 malam, maka Malaikat itu berkata : “Wahai Rabbku!
Apakah (nasibnya) sengsara atau bahagia?” Lalu ia menulisnya. Kemudian berkata
lagi : “Wahai Rabbku! Laki-laki atau perempuan?” Lalu ia menulisnya dan ditulis
(pula) amalnya, atsarnya, ajalnya, dan rezkinya, kemudian digulung lembaran
catatan tidak ditambah padanya dan tidak dikurangi. (HR. Muslim dan Hudzaifah bin Usaid radhiallahu ‘anhu,
shahih)
Dalam
Ash Shahihain dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu
‘Alaihi Wa Sallam bersabda :
Allah mewakilkan seorang Malaikat untuk menjaga rahim.
Malaikat itu berkata : “Wahai Rabbku! Nuthfah, Wahai Rabbku! Segumpal darah,
wahai Rabbku! Segumpal daging.” Maka apabila Allah menghendaki untuk menetapkan
penciptaannya, Malaikat itu berkata : “Wahai Rabbku! Laki-laki atau perempuan?
Apakah (nasibnya) sengsara atau bahagia? Bagaimana dengan rezkinya? Bagaimana
ajalnya?” Maka ditulis yang demikian dalam perut ibunya. (HR. Bukhari `11/477 -Fathul Bari dan Muslim 2646 riwayat
dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar