LANJUTAN---
(4) Tafsir Mahasin al-ta`wil, cairo, darul al-ahya`, juz 1, hlm 9
(5) Kitab mufradat ar-rhagib al-ashfahami, hlm 49
(6) Ustadz Abdurrahman albani, Madkhal Ilat Tharbiyah, hlm 147
Artinya
“Tidak
wajar bagi seseorang manusia yang Allah beerikan kepadanya Al-Kitab,
hikmah, dan kenabian, lalu ia berkata kepada manusia ‘hendaklah kamu
menjadi penyembah-penyembahAllah’. Akan tetapi (ia berkata) :
‘Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu
mengajarkan Al-Kitab dan disebabkan kaum mempelajarinya”
Penafsiran Al-Imran Ayat 79
Qur’an
surah al-Imran yat 79dijelasakan dalam tafir al-Misbah karangan
Prof.Dr.Quraishihab yaitu , sekelompok pemuka Kristen dan Yahudi
menemui Rasulullah SAW. mereka bertanya : ‘Hai Muhammad apakah engaku
ingin agar kami menyembahmu ?’ salah seorang diantara mereka bernama
ar-Rais mempertegas, ’apakah untuk itu engkau mengajak kami ?’ Nabi
Muhammad SAW menjawab, ‘Aku berlindung kepada Allah dari penyembahan
selain Allah atau menyuruh yang demikian. Allah sama sekali tidak
menyuruh saya demikian tidak pula mengutus saya untuk itu’. Demikian
jawab Rasul SAW yang memperkuat turunnya ayat ini.
Dari
segi hubungan ayat ini dengan ayat-ayat sebelumnya dapat dikemukakan
bahwa setelah penjelasan tentang kebenaran yang sembunyikan oleh bani
israil dan hal-hal yang berkaitan dengannya selesai diuraikan dalam
ayat-ayat lalu dan berakhir pada penegasan bahwa mereka tidak
segan-segan berbohong kepada Allah, dan ini juga berarti berbohong atas
nama Nabi dan Rasul karena tidak ada informasi pasti dari Allah kecuali
dari mereka. Maka disini diteg askan bahwa bagi seorang nabi pun hal
tersebut tidak wajar.Bahwa yang dinafikan oleh ayat ini adalah
penyembahan kepada selain Allah sangat pada tempatnya. Oleh karena
apapun yang disampaikan oleh Nabi atas nama Allah adalah ibadah. Tidak
wajar dan tidak tergambar dalam benak, betapapun keadaannya bagi
seorang manusia, siapapun dia dan betapapun tinggi kedudukannya, baik
Muhammad SAW maupun Isa dan selain mereka, yang Allah berikan kepadanya
al-Kitab dan hikmah yang digunakannya untuk menetapkan keputusan hukum.
Hikmah
adalah ilmu amaliyah dan amal ilmiah, dan kenabian yakni informasi yang
diyakini bersumber dari Allah yang disampaikan kepada orang-orang
tertentu pilihanNya yang mengandung ajakan untuk menegaskanNya. Tidak
wajar bagi seseorang yang memperoleh anugerah-anugerah itu kemudian dia
berkata bohong kepada manusia ‘hendaklah kamu menjadi
penyembah-penyembahku, bukan penyembah Allah’. Betapa itu tidak wajar,
bukankah kitab suci Yahudi atau Nasrani apalagi al-Qur’an, melarang
mempersekutukan Allah dan mengajak menegaskanNya dalam zat, sifat,
perbuatan, dan ibadah kepadaNya?.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda :
وَمَا
اجتَمَعَ قَومٌ في بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللهِ يَتلونَ كِتابَ اللهِ
وَيتَدارَسُونَهُ بَينَهُم إِلا نَزَلَت عَلَيهُم السَّكيْنَة
وَغَشِيَتْهم الرَّحمَة وحَفَتهُمُ المَلائِكة وَذَكَرهُم اللهُ فيمَن
عِندَهُ
“Dan
tidaklah berkumpul suatu kaum di salah satu masjid dari masjid-masjid
Allah, untuk membaca Al Qur’an dan mereka saling mempelajarinya di
antara mereka, melainkan akan diturunkan kepada mereka ketenangan,
diliputi rahmat, dan dikelilingi malaikat, dan mereka akan
disebut-sebut Allah dihadapan makhluq-makhluq yang ada di sisi-Nya
(para malaikat).”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar