Rabu, 19 September 2012

TAFSIR TARBIYAH

LANJUTAN---
 
(4) Tafsir Mahasin al-ta`wil, cairo, darul al-ahya`, juz 1, hlm 9
(5) Kitab mufradat ar-rhagib al-ashfahami, hlm 49
(6) Ustadz Abdurrahman albani, Madkhal Ilat Tharbiyah, hlm 147
Artinya
“Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah beerikan kepadanya Al-Kitab, hikmah, dan kenabian, lalu ia berkata kepada manusia ‘hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahAllah’. Akan tetapi (ia berkata) : ‘Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan  Al-Kitab dan disebabkan kaum mempelajarinya”
Penafsiran Al-Imran Ayat 79
Qur’an surah al-Imran yat 79dijelasakan dalam tafir al-Misbah karangan Prof.Dr.Quraishihab yaitu , sekelompok pemuka Kristen dan Yahudi menemui Rasulullah SAW. mereka bertanya : ‘Hai Muhammad apakah engaku ingin agar kami menyembahmu ?’ salah seorang diantara mereka bernama ar-Rais mempertegas, ’apakah untuk itu engkau mengajak kami ?’  Nabi Muhammad SAW  menjawab, ‘Aku berlindung kepada Allah dari penyembahan selain Allah atau menyuruh yang demikian. Allah sama sekali tidak menyuruh saya demikian tidak pula mengutus  saya untuk itu’. Demikian jawab Rasul SAW yang memperkuat turunnya ayat ini.
Dari segi hubungan ayat ini dengan ayat-ayat sebelumnya dapat dikemukakan bahwa setelah penjelasan tentang kebenaran yang sembunyikan oleh bani israil dan hal-hal yang berkaitan dengannya selesai diuraikan dalam ayat-ayat lalu dan berakhir pada penegasan bahwa mereka tidak segan-segan berbohong kepada Allah, dan ini juga berarti berbohong atas nama Nabi dan Rasul karena tidak ada informasi pasti dari Allah kecuali dari mereka. Maka disini diteg askan bahwa bagi seorang nabi pun hal tersebut tidak wajar.Bahwa yang dinafikan oleh ayat ini adalah penyembahan kepada selain Allah sangat pada tempatnya. Oleh karena apapun yang disampaikan oleh Nabi atas nama Allah adalah ibadah. Tidak wajar dan tidak tergambar dalam benak, betapapun keadaannya bagi seorang manusia, siapapun dia dan betapapun tinggi kedudukannya, baik Muhammad SAW maupun Isa dan selain mereka, yang Allah berikan kepadanya al-Kitab dan hikmah yang digunakannya untuk menetapkan keputusan hukum. 
Hikmah adalah ilmu amaliyah dan amal ilmiah, dan kenabian yakni informasi yang diyakini bersumber dari Allah yang disampaikan kepada orang-orang tertentu  pilihanNya yang mengandung ajakan untuk menegaskanNya. Tidak wajar bagi seseorang yang memperoleh anugerah-anugerah itu kemudian dia berkata bohong kepada manusia ‘hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku, bukan penyembah Allah’. Betapa itu tidak wajar, bukankah kitab suci Yahudi atau Nasrani apalagi al-Qur’an, melarang mempersekutukan Allah dan mengajak menegaskanNya dalam zat, sifat, perbuatan, dan ibadah kepadaNya?.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda :
وَمَا اجتَمَعَ قَومٌ في بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللهِ يَتلونَ كِتابَ اللهِ وَيتَدارَسُونَهُ بَينَهُم إِلا نَزَلَت عَلَيهُم السَّكيْنَة وَغَشِيَتْهم الرَّحمَة وحَفَتهُمُ المَلائِكة وَذَكَرهُم اللهُ فيمَن عِندَهُ
“Dan tidaklah berkumpul suatu kaum di salah satu masjid dari masjid-masjid Allah, untuk membaca Al Qur’an dan mereka saling mempelajarinya di antara mereka, melainkan akan diturunkan kepada mereka ketenangan, diliputi rahmat, dan dikelilingi malaikat, dan mereka akan disebut-sebut Allah dihadapan makhluq-makhluq yang ada di sisi-Nya (para malaikat).”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar