Selasa, 18 September 2012

Saat Istri Datang Bulan


Saat Istri Datang Bulan
Bismillahir-Rahmanir-Rahim …. Sebagai karyawan swasta, aktivitas saya cukup melelahkan. Pergi pagi-pagi, pulang malam. Lima hari dalam sepekan saya bekerja, dua hari sisanya untuk istirahat. Namun, libur kali ini yang namanya istirahat hanyalah tinggal harapan. Setelah mendengar omelan bos di kantor, di rumah pun ternyata ada episode lanjutan, yaitu “omelan” sang istri.
Usai shalat subuh saya kembali merapat ke pulau kapuk alias kasur. Sekitar jam 07.30 sebuah colekan tangan kecil membangunkan saya dari tidur. Rupanya anak saya yang baru berumur empat tahun. “Pa, bangun kata mama!”
Tak lama berselang istriku pun muncul, “Pa, bangun, dong! O ya, jangan lupa, kita kan dah beli Aquaproof, yang bocor kemarin ditambal sekalian dilihat-lihat gentengnya siapa tahu ada yang pecah, tapi sebelum itu tolong jemur dulu pakaian, itu dah kusiapin di ember.”
Saat itu saya ragu untuk memilih, bangun atau melanjutkan tidur saja. Maklum, instruksi istri ngalahin mertua yang pensiunan tentara. Namun akhirnya saya memilih untuk bangun juga. Setelah cuci muka dan gosok gigi, saya makan. Nah, ketika itulah istri saya meraih sapu dan menyapu ke arah tempat saya makan. Saat diingatkan, istri menjawab agak ketus, “Mumpung libur! bersih-bersih, rapi-rapi… O ya, mobil udah berapa hari ini gak dipakai, tolong dipanasin. Sekalian antar anak ke playgroup!” Saya rasa saya mulai pusing untuk menginventarisir perintah-perintah nyonya rumah.
Setelah sarapan, saya mulai menjemur pakaian, lalu memperbaiki genteng bocor. Saat itulah terdengar lagi protes istri tercinta karena melihat cara menjemur saya yang bertumpuk dan tumpang-tindih. Sore ba’da Maghrib, satu ide terbersit dalam benak saya, nanti malam akan saya dekati istri saya dan mencari tahu apa gerangan yang membuat istri saya morang-maring tidak seperti biasanya.
Selesai shalat Isya dan makan malam, tidak lama berselang, istri saya masuk kamar. Kelihatannya ia lelah. Di kamar, saya hampiri istri yang sedang membaca majalah sambil menina-bobokan si kecil, “Ma… Kenapa? Kelihatannya hari ini Mama be-te ya?” seraya saya raih pundaknya. “Iya sih, maafin Mama ya, Pa. Sebenarnya Mama gak bermaksud ngomelin Papa. Malah jadinya kasihan karena dari pagi sampai petang kerja terus. Semestinya kan Papa bisa istirahat. Maklum ya, Pa. Mama kan udah waktunya datang tamu bulanan.”
Mendengar itu saya hampir loncat dari tempat tidur. O iya…, istriku sudah waktunya datang bulan! Ya ampuun… Kok saya belum juga bisa mengingatnya dengan baik. Coba kalau terbiasa, pasti saya lebih bisa memaklumi perilakunya tadi. Astaghfirullah, saya sudah berburuk sangka pada istri saya sendiri.
Sebagai suami saya sadar, saya harus meningkatkan kepedulian dan perhatian saya kepada istri, sekalipun untuk hal-hal kecil, termasuk bila sang ‘tamu’ sudah waktunya datang. Sejak kejadian itu saya bertekad untuk lebih memperhatikan istri, rajin membantunya di rumah, dan tentu lebih menyayangi keluarga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar